Kamis, 08 Mei 2014

Untuk Tuan Petualang


Tuan, ini rahasiaku, yang mungkin akan membuatmu tertawa semakin geli, semakin kencang, hingga menghasilkan setitik air lembut dipelupuk matamu. Bolehkah aku meramalkan masa depan perasaanku kelak padamu? Kamu akan sibuk dengan skripsimu, setelah lulus nanti kamu akan bekerja keluar kota, dan menghabiskan sisa umurmu bersama pilihanmu. Aku yang tertinggal disini, hanya bisa melanjutkan petualanganku sendiri dan kegiatan Ko-Ass ku. Hanya bisa berjalan di taman kota sambil mengenang kamu yang tertawa manis dan leluconmu. Aku tentu hanya bisa melewati tempat makan dan mengingat kamu yang pernah makan dan bercanda denganku dulu.


Wahai tuan petualng, aku tidak seberani itu. Aku mencari kabar hanya dari sosial mediamu. Ah, iya, aku pengecut. Aku dalam fase ini dan jika suatu hari nanti kau membaca ini (ku yakin tak pernah kau baca juga) pasti kau tak menghiraukannya. Asal kau tahu, aku tak pernah meminta pada Tuhan untuk menurunkan perasaan ini. Kebetulan, kita bertemu dan aku mencintaimu. Tapi, aku tak pernah percaya kebetulan. Pasti ada sesuatu, yang tak mampu kita pahami dan kita mengerti. Ada suatu rahasia yang masih Tuhan simpan. Rahasia yang terlalu abu2 untuk ku jalani

Aku punya mimpi, salah satunya bisa merasakan matahari terbenam di seluruh pantai di kota ini. Kamu mau tahu alasanku? Aku ini perempuan lemah, jangan ajak aku naik gunung. Aku lebih suka pantai, aku suka pasir, aku suka angin, aku suka air, aku suka suara gelombang. Intinya, aku suka semua dan aku ingin menikmati itu semua bersamamu (lagi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar