Semoga bermanfaat....*janganbosenbacanya*
Jika yang melamarmu bukan si dia?
Pada dasarnya, wanita itu menunggu. Umumnya wanita itu dilamar, enggan melamar.
Ya, mungkin sebagian dari kita sepakat mengenai kedua hal itu. Meskipun Islam tidak melarang seorang wanita untuk melamar atau mengajukan diri lebih dulu, namun kebanyakan dalam masyarakat kita hal itu masih dianggap tabu.
Sahabat akhawat, pernahkah kita terpikirkan mengenai beberapa pertanyaan. “Bagaimana jika yang melamarmu bukan si dia, seorang yang engkau dambakan?”. Akankah kita menolak yang datang dan terus menunggu ia yang kita dambakan itu?. Sampai kapan kita akan menunggu? Lalu bagaimana jika kita sudah menunggu namun akhirnya ia menikahi akhwat lain? . Hmm.. sulit rasanya untuk menjawab pertanyaan ini. Lantas bagaimana jika hal itu memang terjadi pada kita?
Akhwatfillah, saya menyadari sebagai seorang akhwat tentunya kita pernah sekedar menyukai,tertarik atau bahkan mendambakan seseorang yang akhlak dan agamanya baik di mata kita dan orang yang mengenalnya ,menjadi pendamping kita kelak. Menurut saya hal itu manusiawi dan fitrahnya kita sebagai manusia. Tak jarang saya pun mendengar
Bagi saya itu tidak salah, toh kita meminta pada Sang Maha Pemilik segalanya, pada Allah Yang Maha Membolakbalik hati manusia, pada Allah sang Penggenggam jiwa. Bagi saya hal itu sah saja (
Kembali pada beberapa pertanyaan di awal.
“Bagaimana jika yang melamarmu bukan si dia, seorang yang engkau dambakan?” Jawabannya simpel, kita pastinya merasa terkejut dan sedikit kecewa karena yang didamba tak kunjung tiba meminta. Kita pasti bertanya “Mengapa yang datang bukan ia, seseorang yang selalu kusebut dalam do’a?”.
Akhwatfillah, perlu kita sadari betul bahwa meskipun kita sering menyebut sebuah nama dalam setiap do’a kita , itu tak berarti ia akan menjadi jodoh kita. Karena bisa jadi ia yang datang padamu memang bukan orang yang senantiasa kau sebut dalam do’a, melainkan orang yang selalu menyebut namamu dalam do’anya”
Akankah kita menolak yang datang dan memutuskan menunggu ia yang kita dambakan itu?. Semua ada pada keputusan kita, pilihan kita. Jalan manakah yang akan kita ambil?. Namun bagi saya, meski tak memungkiri mungkin cukup sulit juga , saya akan BERUSAHA lebih memilih untuk menerima siapapun yang datang jika memang yang datang itu layak untuk diterima (baik agama,akhlak,dll). Karena ketika kita menolak yang demikian, dikhawatirkan akan timbul fitnah. Rasulullah SAW bersabda :
“Jikalau datang kepada kamu, orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya. Maka nikahkanlah dia, kalau tidak. Akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan besar.”
Lalu pertanyaan selanjutnya ialah, Sampai kapan kita akan menunggu?, ya, sampai kapan kita akan berdiam diri dalam ketidakpastian, dalam suatu perkara yang masih kabur kejelasannya. Sampai kapan kita akan menunggu orang yang belum tentu ia adalah jodohmu, menunggu seseorang yang belum tentu memilihmu bahkan mungkin tak sedikitpun tertarik padamu. Nah jika sudah seperti itu, maka pertanyan selanjutnya lagi ialah bagaimana jika kita sudah menunggu namun akhirnya ia menikahi akhwat lain?. Sebenarnya tidak gimana-gimana (
Akhwatfillah, memang saya pun menyadari betul bahwa jodoh itu takkan tertukar. Allah telah menetapkan jodoh bagi kita jauh sebelum kita terlahir ke dunia dan saling mengenal satu sama lainnya. Dan saya pun sepakat bahwa kita memiliki hak untuk menolak maupun menerima. Maka dari hal itu, apa salahnya kita mencoba berikhtiar? Ya, mencoba menjalani proses yang seharusnya dilaksanakan. Toh saya percaya, jika memang bukan orang itu yang Allah tetapkan untuk kita, pasti ada saja jalan Allah yang menjadikan jalan itu berakhir sebelum tahap pernikahan. Dan kita pun harus meyakini, se-tidak maunya kita, bagaimanapun kita menolak, meski kita pernah mengatakan tidak, jika Allah sudah berkehendak dan berencana, Allah pasti membolak-balikan hati kita jika memang orang itu pilihan terbaik-Nya untuk kita.
Saya menjadi teringat kembali akan sebuah pesan nasihat : “Kalau kebetulan semuanya bagus, baik din,akhlak dan muamalahnya, apa nggak sayang melepasnya? Pikirkan juga kemungkinan-kemungkinan. Belum tentu nanti ada ikhwan dengan agama sebaik ikhwan yang memintamu pertama kali”
So, ketika yang melamarmu bukan si dia? Jangan risau, jika yang kita dambakan itu telah tertulis di Lauhul Mahfudz untuk kita, dengan siapapun dulu kita berproses dalam rangka ikhtiar toh akhirnya in syaa Allah kita akan bersamanya, tentunya dengan rencana Allah Yang Maha Dahsyat dan Maha Indah.
Menyimpulkan sedemikian panjang perlu berperang dengan perasaan yang dirasakan selama ini, tapi pelan-pelan memanglah harus berbesar hati. Terimakasih atas pelajar yang diberikan selama ini, Aku kembalikan kamu pada Allah.
*terima kritik, saran maupun diskusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar