Jumat, 05 Desember 2014

Kuakui. Sesekali pikiranku melayang begitu saja ke suatu tempat yang kuharap bisa dinamai “Kita”

Hipwe-Orang bilang pengharapan adalah sumber sakit hati yang paling tak terelakkan. Dan aku, adalah orang keras kepala yang rela pasang badan untuk menerima sakit yang kelak berdatangan. Jujur, aku sering membayangkan bagaimana rasanya jika kelak kita bisa bersama. Menyatukan 2 ke-aku-an kita jadi satu “kita” yang tak terpisah spasi dan jeda.
Sesekali aku suka mengamatimu yang sedang sibuk dengan gawaimu. Aku juga sering mencuri pandang waktu kau terlihat serius menggigit roti. Andai, aku berani menghentikan waktu. Menemani jenuhmu yang mungkin saja tiba-tiba menyerang.
Jika “kita” itu memang ada. Kuharap, langkah yang kuambil saat ini memang mengarah ke sana. Kau memang selalu mengisi pikiranku. Aku ingin melakukan ini dan itu. Tapi pada akhirnya jalan terbaik menurutku adalah diam, mengamatimu, sembari terus membawa namamu dalam dawai-dawai doa nan bisu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar