Berat mengubah sikap, sebab demi Tuhan rasa ini masih sama.
jangan sampai di hadapanmu aku
meneteskan airmata.
Sementara waktu telah menyeretku jauh dari ragamu,
aku masih saja benci
menjadi aku yang berharap kembali di detik-detik itu, di sisimu.
Betapa pesta yang sia-sia, ria yang percuma.Pada tiap esok yang kupunya,
hanya akan selalu ada satu tanya; kau di mana.
Mungkin aku hanya terlalu sering berpikir tentang suatu hari, yang tidak akan pernah datang.
Tidak seharusnya kita menyesaatkan ini semua.
Aku masih menyesali itu.
Ada rasa rindu pada aku yang dulu, yaitu aku yang tak kenal kau.
Sebab dari kehilanganmu aku menemukan persamaan antara udara dan bebutiran.
Aku telah hancur,
Telah kujadikan kakiku seringan kapas, supaya aku tak dapat lagi memahami langkahku, tetapi aku dapat melambatkan dunia ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar