orang selalu bilang, “Lupakan. Ikhlaskan. Hidup kalian toh sudah tak lagi saling bersinggungan.” Tapi
sedari dulu aku lebih memilih percaya pada hal-hal baik yang terkadang
naif dan terdengar sulit dipahami. Termasuk soal terus mendoakanmu
sampai hari ini.
Jangan terkikik dan tinggi hati karena merasa aku masih menyimpan
hati. Ini jauh lebih dalam dari sekadar mengajukan permohonan untuk
orang yang dicintai. Mendoakanmu, malah jadi mantra bagiku untuk
menyembuhkan diri sendiri. Setelah sedalam itu kamu meninggalkan lebam
di hati, serpih-serpih doa perlahan melekatkannya kembali.
Kemampuanmu memberi janji harus diakui layak membuat siapapun angkat
topi. Kamu adalah rajanya persuasi. Kontak matamu tak pernah gagal
meluluhkan hati.
Di sampingmu saya sempat percaya bahwa satuan “selamanya” akan ada. Kita sudah berbincang soal menjadi tua bersama,
Namun ternyata selamanya untukmu itu seperti kerupuk yang seperti angin saja. Pffft ia melempem dan menguap begitu saja. Meninggalkan ia yang percaya ternganga lama.
Semoga Tuhan hanya memberikan kedunguan itu pada saya. Tak perlu lagi ada orang lain yang merasa dibodohi oleh kata yang seharusnya sakral maknanya.
Kamu jelas sudah tak signifikan lagi. Tapi saya masih mendoakanmu sampai hari ini. Kamu sudah tahu ini bukan karena urusan hati. Doa yang tak henti-henti menyembuhkan hati. Doa ini juga menjaga mereka yang kelak kembali kau dampingi.
Menikah dengan orang yang kamu cintai itu suatu hal yang mungkin, tapi mencintahi orang yang kau nikahi itu wajib.
Semoga engsel hatimu dijaga Tuhan kali ini. Agar kau tak gegabah memasukkan orang hanya demi menghalau sepi
Hatimu adalah lumpur hisap paling berbahaya yang pernah pernahku tahu. Sekali pintunya terbuka, rasa sakit pun bisa mudah terhalau karena tersapu nyaman di situ. Rasa kurang dihargai bisa tak nyeri di hati saat dikaburkan oleh candaanmu. Kenyataan bahwa diri ini tak jadi prioritas anehnya membuat saya pernah merasa tetap pantas bertahan di situ.Semoga, hanya saya yang Tuhan buat percaya pada kata “selamanya.” Tak ada lagi yang layak sakit karena beberapa silabel sederhana. Untuk itu, saya tak akan berhenti berdoa
Di sampingmu saya sempat percaya bahwa satuan “selamanya” akan ada. Kita sudah berbincang soal menjadi tua bersama,
Namun ternyata selamanya untukmu itu seperti kerupuk yang seperti angin saja. Pffft ia melempem dan menguap begitu saja. Meninggalkan ia yang percaya ternganga lama.
Semoga Tuhan hanya memberikan kedunguan itu pada saya. Tak perlu lagi ada orang lain yang merasa dibodohi oleh kata yang seharusnya sakral maknanya.
Kamu jelas sudah tak signifikan lagi. Tapi saya masih mendoakanmu sampai hari ini. Kamu sudah tahu ini bukan karena urusan hati. Doa yang tak henti-henti menyembuhkan hati. Doa ini juga menjaga mereka yang kelak kembali kau dampingi.
Menikah dengan orang yang kamu cintai itu suatu hal yang mungkin, tapi mencintahi orang yang kau nikahi itu wajib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar