Minggu, 16 November 2014

KKN (kuliah kerja nimbrung)

Apa sih esensinya program kampus ini, bukannya program ini dibuat dengan niat baik kan? Yang awalnya kuliah di fakultas masing-masing, kemudian dipertemukan untuk kerja bareng dan pada akhirnya di harapkan bisa nimbrung bareng (terjaga silaturrahminya). Kkn nya sih uda lewat, kok ya msih nyisa aja dendamnya, nganggep temen sekelompoknya benalu lah, nganggep dapet kelompok tersebut adalah sebuah mimpi buruk. Meskipun cuma jadi penonton, tapi keikut gemes liatnya. Tinggal satu atap selama 45 hari yang lainnya malah bisa timbul rasa sayang (salahfokus) nah ini malah lebih dari setengah perjalanan njalani perang dingin. Beda orang juga wajar kalau beda karakter, perselisihan sih wajar tapi bukannya memaafkan lebih indah? Dari kesemua anggota kkn desa kami cuma temen satu fakultasnya aja yang dianggap bisa berkompromi. Kalau di fakultasku mah orang begituan disebutnya apatis. Malah ada celetukan dari anggota lain, orang begituan mah gak pantes jadi anak fakultas sosial, gak open minded. Urusan sama wanita sih emang gini, ribet. Masalahnya selesai dendamnya berkepanjangan (gak semua sih). Semoga kita jadi wanita yang gampang memaafkan, memaklumi hal baik dan rajin jaga silaturrahmi.

Sabtu, 01 November 2014

Kepada kamu

 Agak segan sih mosting beginian kalau gak ada feedback, ah yang penting ini postingan bagus dengan beberapa perubahan...

Kepada kamu
Dengan penuh kebencian
Aku benci jatuh cinta
Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak 
selalu menebak-nebak

Aku benci deg-degan menunggu kamu online .
Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa.
Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa.
Mudah-mudahan itu benar.


Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu
begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata.
Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan,katakan,kirimkan,tuliskan ke kamu menjadi penting,seolah-olah harus tanpa cacat,atau aku bisa jadi kehilangan kamu.


Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu.
Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?
Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu.
Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika ataukah pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri?


Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain,
atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?
Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada,
menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah.


Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur.
Cukup begini saja.
Aku benci ketika kamu mendekatkan bahumu padaku, saat aku mencoba untuk melihat sesuatu di ponsel yang sedang kamu pegang.
Oh, aku benci kenapa ketika raga kita bersentuhan,
aku tidak bernapas,
aku merasa canggung,
aku ingin berlari jauh.
Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu¦, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.


Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan,
Hey! Ini hanya kedekatan pertemanan saja, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya
anything in common, harus dimentahkan oleh hati yang berkata,
Jangan hiraukan logikamu.


Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu.
Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa
saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.


Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu.
Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu.
Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini, di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul didalam dan meletup pelan-pelan, aku bukan siapa-siapa.